Ibadah
merupakan sarana kita untuk megabdi kepada Allah SWT. Sedangkan syari’at
dan hakikat merupakan sarana kita untuk melakukan ibadah.
Ibadah yang
kebanyakan dilakukan orang adalah ibadah syari’ah , sedangkan ibadah hakikat
hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai ilmu hikmah fil
qolbi dan hanya sedikit orang yang mamilikinya.
Lebih
jelasnya, ibadah syari’at adalah ibadah yang diperagakan secara
lahiriyah dengan gerakan jasmani dan gerakan lidah(baik disuarakan atau tidak),
yang dilakukan menurut petunjuk-petunjuk formal, baik yang terdapat dan
terambil secara harfiah dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits maupun dari
kitab-kitab para ulama’. Ciri utama dari ibadah syari’ah adalah mudah di
pelajari melalui apa saja walau tanpa
guru pembimbing.
Fungsi
ibadah syari’at : dapat menciptakan suasana keseragaman ibadah kaum
muslimin secara lahireiyah kepada Allah SWT., yang sekaligus mengikat
persaudaraan diantara mereka semua atas prinsip persatuan dan kesatuan.
Dikatakan juga ibadah syari’ah merupakan Zakatnya tubuh jasmani yang kita
miliki, demi kebersihan dan kesuciannya.
Sedangkan ibadah
hakikat adalah ibadah yang
dilakulkan dengan gaya bathin yang menghunjam ke dalam lubuk hati untuk hadir
dan menghubungkan diri secara hakiki kehadirat Allah SWT melalui Jiwa. Ibadah
hakikat itu menjiwai ibadah syari’at, atau merupakan isi daripada
ibadah syari’at.
Ibadah
hakikat hanya bisa dipelajari melalui bimbingan guru, dan tidak bisa dipelajari
hanya dengan membaca buku atau mencontoh saja.
Ibadah
syari’at dan hakikat ibarat kulit dan isi, syari’at tanpa hakekat adalah hampa,
sedang hakekat tanpa syari’at adalah telanjang.
Kedua ibadah
ini MUTLAK dilakukan setiap muslim, namun tidak seorangpun mampu melakukan
kedua ibadah tersebut dengan serempak tanpa
pengalaman ilmu fil qalbi yang memotivasi pengalaman perjuangan lahir
batin/jasmani rohani yang hanya bisa didapat melalui bimbingan seorang guru
yang ahli dibidang ini.
Perumpamaannya,
kalau kita hanya melakukan ibadah secara syari’ah saja, ibarat kita
dipanggil Raja, tapi yang hadir hanya pakaian kita saja, tentu saja Sang Raja
tidak akan memberikan sesuatu kepada kita. Dan lebih parah lagi, kalu kita
beribadah secara hakikat saja, ibarat kita menghadap sang Raja tanpa busana
(telanjang), tentu ini merupakan penghinaan bagi Sang Raja.
Jadi ibadah
syari’ah dan hakikat itu harus dilakukan secara bersamaan.
Syari’ah
bisa dipelajari melalui sekolah-sekolah formal atau buku-buku pelajaran keagamaan, seperti tata cara melakukan sholat, berwudlu dan
lainsebagainya.
Sedangkan hakitat
itu hanya bisa dipelajari melalui guru yang memberikan bimbingan kerohaniahan
isalam.
0 komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar